Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.
إن
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات
أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مّسْلِمُونَ
يَآ
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيْراً وَنِسَآءً وَاتَّقُوْا اللَّهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُونَ بِهِ
وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْباً
يَا
أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً .
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن
يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماًً
أما بعد: فإن أصدق الكلام كلام الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(Yaitu)
pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” ( QS Asy
Syu’ara : 88-89 )
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : "
Yaitu pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, artinya :
harta seseorang tidak akan bisa menjaga diri orang tersebut dari azab
Allah subhanahu wa ta'ala, walaupun dia menebusnya dengan emas seluas
dan sepenuh bumi. Dan tidak pula anak-anak laki-laki, artinya : tidak
pula bisa menghindarkan dirinya dari azab Allah subhanahu wa ta'ala,
walaupun dia menebus dirinya dengan semua manusia yang bisa memberikan
manfaat kepadanya. Yang bermanfaat pada hari kiamat hanyalah keimanan
kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan memurnikan peribadatan hanya
untuk-Nya, serta berlepas diri dari kesyirikan dan dari para pelakunya.
Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta'ala kemudian berfirman : Kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Yaitu, hati
yang terhindar dari kesyirikan dan dari kotoran-kotoran hati.”
Imam
Asy Syaukani rahimahullah berkata : “ Harta dan kerabat tidak bisa
memberikan manfaat kepada seseorang pada hari kiamat. Yang bisa
memberikan manfaat kepadanya hanyalah hati yang selamat. Dan hati yang
selamat dan sehat adalah hati seorang mukmin yang sejati.”
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
وَإِنَّ مِنْ شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ (83) إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“ Ingatlah ketika dia ( Ibrahim ) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” ( QS Ash Shaffat : 84 )
Syaikh
Abdurrahman As Sa‘di rahimahullah berkata di dalam tafsirnya : “ Yakni
dia datang menghadap Allah subhanahu wa ta'ala dengan membawa hati
yang selamat dari kesyirikan, syubhat-syubhat, dan syahwat-syahwat yang
bisa menghalanginya dari mengetahui kebenaran dan mengamalkannya.
Apabila hati seorang hamba telah selamat dari hal-hal di atas, maka hati
tersebut akan terhindar dari segala keburukan-keburukan, dan
sebaliknya hati tersebut akan memunculkan kebaikan-kebaikan. Dan di
antara bentuk keselamatan hati adalah bahwa ia selamat dari perbuatan
menipu daya manusia, serta selamat dari hasad dan dari berbagai bentuk
akhlak yang tercela.”
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
وَالَّذِينَ
جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka ( Muhajirin dan Anshar ),
mereka berdoa, ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara
kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau
membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang
beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang. "( QS Al Hasyr : 10 )
Imam Asy Syaukani
rahimahullah berkata tentang ayat di atas yang maknanya : " Bahwa yang
dimaksud orang-orang yang datang setelah para sahabat adalah semua
orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat. Dalam ayat ini Allah
subhanahu wa ta'ala memerintahkan mereka untuk memohon ampunan untuk
diri mereka sendiri dan juga untuk para pendahulu mereka yang telah
mendahului mereka dalam beriman. Allah subhanahu wa ta'ala juga
memerintahkan mereka untuk berdoa kepada-Nya agar dihilangkan dari hati
mereka perasaan ghill, yaitu rasa dendam, dongkol, dan dengki terhadap
kaum mukminin – dan tentunya yang menduduki peringkat utama dalam
golongan kaum mukminin adalah para sahabat karena merekalah generasi
paling mulia dari umat ini. "
Syaikh Abdurrahman As Sa‘di
rahimahullah berkata : “ Doa ini berlaku secara umum untuk semua kaum
mukminin baik dari kalangan sahabat atau umat sebelum sahabat atau
generasi-generasi setelah sahabat. Dan ini termasuk di antara
keutamaan-keutamaan iman, yaitu bahwa kaum mukminin itu saling memberi
manfaat satu sama lain, saling mendoakan satu sama lain. Semua itu
karena adanya kebersamaan dalam keimanan yang berimplikasi adanya ikatan
ukhuwwah antar mukmin, yang di antara cabangnya adalah saling
mendoakan dan saling mencintai antara satu dengan yang lain. Oleh
karena itu, Allah subhanahu wa ta'ala menyebutkan dalam doa tersebut
permintaan dihilangkannya rasa ghill dari hati mereka, sedikit ataupun
banyak. Apabila sifat ghill tersebut telah hilang dari hati, maka akan
muncul sifat yang menjadi lawan dari sifat tersebut, yaitu rasa cinta
antara sesama mukmin, saling menolong dan menasehati, serta sifat-sifat
terpuji lainnya yang termasuk hak-hak orang mukmin yang harus
ditunaikan.”
Hadits - Hadits Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam..
Hadits 1
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ
قِيلَ
لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النَّاسِ
أَفْضَلُ قَالَ كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ قَالُوا
صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ هُوَ
التَّقِيُّ النَّقِيُّ لَا إِثْمَ فِيهِ وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا
حَسَدَ
Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiallahu 'anhu beliau
berkata : “ Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya : "
Siapakah orang yang paling utama ? " Beliau shallalahu 'alaihi wa
sallam menjawab : " Setiap orang yang bersih hatinya dan benar
ucapannya. "
Para sahabat berkata : " Orang yang benar
ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud
dengan orang yang bersih hatinya ? " Rasulullah shallalahu 'alaihi wa
sallam menjawab : " Dia adalah orang yang bertakwa ( takut ) kepada
Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya
serta tidak ada pula dendam dan hasad. " ( HR Imam Ibnu Majah no 4216 )
Hadits 2
عَنْ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ
سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَإِنَّ فِي
الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا
فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Dari An
Nu‘man bin Basyir radhiallahu 'anhu , dia berkata : “ Rasulullah
shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda : "… Ketahuilah sesungguhnya di
dalam jasad itu ada segumpal darah. Apabila dia baik, maka menjadi baik
pula semua anggota tubuhnya. Dan apabila rusak, maka menjadi rusak pula
semua anggota tubuhnya. Ketahuilah dia ( segumpal darah ) itu adalah
hati. " ( Muttafaq ‘Alaihi )
Hadits 3
Dari
Anas bin Malik radhiallahu 'anhu beliau berkata : “ Suatu ketika kami
duduk-duduk bersama Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam . Tiba-tiba
beliau shallalahu 'alaihi wa sallam berkata : " Akan lewat di hadapan
kalian saat ini seorang calon penghuni surga." Lalu lewatlah seorang
pemuda Anshar dalam keadaan dari jenggotnya menetes sisa-sisa air wudhu
dan tangan kirinya menenteng sandal. Pada keesokan harinya, Rasulullah
shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda lagi persis sebagaimana sabdanya
kemarin, lalu lewatlah pemuda tersebut dengan keadaan persis dengan
keadaannya yang kemarin. Dan pada hari yang ketiga Rasulullah shallalahu
'alaihi wa sallam mengulang lagi sabdanya seperti sabdanya yang
pertama dan pemuda itu pun muncul lagi dengan keadaan seperti
keadaannya yang pertama.
Maka, ketika Rasulullah
shallalahu 'alaihi wa sallam beranjak pergi, Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash
radhiallahu 'anhu segera mengikuti pemuda tersebut ( ke rumahnya ),
lalu berkata kepadanya : " Sesungguhnya antara aku dan bapakku telah
terjadi perselisihan, maka aku bersumpah tidak akan masuk ke rumahnya
selama 3 hari. Jika engkau tidak keberatan, aku ingin menumpang padamu
selama 3 hari tersebut. " Pemuda tersebut berkata : " Ya, tidak
apa-apa. "
Selanjutnya Anas radhiallahu 'anhu berkata : “
Maka Abdullah radhiallahu 'anhu menceritakan bahwa selama 3 hari
bersama pemuda tersebut, dia tidak melihatnya melakukan qiyamul lail (
shalat malam ) sedikitpun. Yang dia lakukan hanyalah bertakbir dan
berzikir setiap kali dia terjaga dan menggeliat di atas tempat tidurnya
sampai dia bangun untuk shalat shubuh. Selain itu, Abdullah
radhiallahu 'anhu berkata : " Hanya saja, aku tidak pernah mendengarnya
berbicara kecuali yang baik-baik."
Setelah 3 hari berlalu
dan hampir saja aku meremehkan amalannya, aku berkata kepadanya : "
Wahai hamba Allah, sebenarnya tidak pernah ada pertengkaran antara aku
dengan bapakku, dan tidak pula aku menjauhinya. Sebenarnya, aku hanya
mendengar Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam berkata tentang
engkau tiga kali : " Akan muncul di hadapan kalian saat ini seorang
laki-laki calon penghuni surga." Dan ternyata engkaulah yang muncul
sebanyak 3 kali itu. Karena itu, aku jadi ingin tinggal bersamamu agar
aku bisa melihat apa yang engkau lakukan untuk kemudian aku tiru. Akan
tetapi, aku tidak melihat engkau melakukan amalan yang besar. Lantas,
amalan apa sebenarnya yang bisa menyampaikan engkau kepada kedudukan
sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam
? "
Orang tersebut berkata : " Aku tidak melakukan
kecuali apa yang kamu lihat. " Maka ketika aku telah berpaling ( pergi
), dia memanggilku dan berkata : " Sebenarnyalah aku
memang tidak melakukan apa-apa selain yang engkau lihat. Hanya saja,
selama ini aku tidak pernah merasa dongkol dan dendam kepada seorang
pun dari kaum muslimin, serta tidak pernah menyimpan rasa hasad terhadap
seorang pun terhadap kebaikan yang telah Allah subhanahu wa ta'ala
berikan kepadanya." Maka Abdullah radhiallahu 'anhu berkata : " Inilah
amalan yang membuatmu sampai pada derajat tinggi, dan inilah yang
tidak mampu kami lakukan. " ( HR Imam Ahmad )
Perkataan Para Salaf
Abu
Dujanah radhiallahu 'anhu berkata : “ Tidak ada sebuah amalan yang
paling aku yakini bisa memberi manfaat bagiku di akhirat selain dua
perkara. Yang pertama, aku tidak pernah berbuat sesuatu yang tidak
bermanfaat bagiku. Dan yang kedua, selamatnya hatiku terhadap kaum
muslimin.” ( Siyar A ‘lam An Nubala’ 1/243, Imam Adz Dzahabi
rahimahullah ).
Sufyan bin Dinar rahimahullah berkata :
“Aku berkata kepada Abu Bisyr – dan dia termasuk di antara murid-murid
Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhu – : " Beri tahu kepadaku
amalan-amalan orang-orang sebelum kita. " Abu Bisyr berkata : " Mereka
sedikit beramal tetapi mendapatkan pahala yang banyak." Aku berkata :
" Mengapa bisa demikian ? " Abu Bisyr berkata : " Karena selamatnya (
bersihnya ) hati mereka. " ( Az Zuhud 2/600)
Al Fudhail
bin ‘Iyadh rahimahullah berkata : " Tidak akan bisa mengejar kami orang
yang mengejar dengan memperbanyak puasa dan shalat, akan tetapi kami
hanya bisa dikejar dengan bermurah hati dan selamatnya hati dan memberi
nasehat kepada umat.” ( Jami‘ul ‘Ulum Wa Al Hikam 1/225, Imam Ibnu
Rajab rahimahullah )
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata : “ Jadi, hati adalah ibarat raja bagi anggota tubuh. Anggota
tubuh akan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh hati dan akan
menerima semua arahan - arahan hati. Anggota tubuh tidaklah akan
melaksanakan sesuatu kecuali yang berasal dari tujuan dan keinginan
hati. Jadi, hati tersebut merupakan penanggung jawab mutlak terhadap
anggota tubuh karena seorang pemimpin akan ditanya tentang yang
dipimpinnya. Jika demikian adanya, maka upaya memberi perhatian yang
besar terhadap hal-hal yang menyehatkan hati dan meluruskannya
merupakan upaya yang terpenting, dan memperhatikan penyakit-penyakit
hati serta berusaha untuk mengobatinya merupakan ibadah yang paling
besar.” ( Ighatsah Al Lahfan halaman 5, Imam Ibnu Qayyim rahimahullah )
Di
tempat yang lain Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata : “ Jenis hati
yang ketiga adalah hati yang sakit, yaitu hati yang hidup namun
berpenyakit. Dengan begitu, di dalam hati tersebut terdapat dua unsur,
di mana unsur yang pertama terkadang mengalahkan yang kedua dan begitu
pula sebaliknya. Sedangkan hati sendiri akan mengikuti yang menang di
antara keduanya.
Di dalam hati tersebut terdapat perasaan
cinta dan iman kepada Allah subhanahu wa ta'ala, ikhlas dan
bertawakkal hanya kepada-Nya. Semua itu merupakan unsur kehidupan hati.
Namun, di dalam hati tersebut juga terdapat perasaan cinta kepada
syahwat, lebih mementingkan syahwat dan berupaya untuk
memperturutkannya, dan terdapat pula rasa hasad, sombong, ujub, dan
ambisi untuk menjadi orang yang paling unggul, serta bertindak
semena-mena di muka bumi dengan kekuasaan yang dimiliki. Semua itu
merupakan unsur yang akan membuat diri hancur dan binasa.”
Imam
Ibnu Qayyim rahimahullah juga berkata : “ Karena itu, surga tidak bisa
dimasuki oleh orang-orang yang berhati kotor, dan tidak pula bisa
dimasuki oleh orang yang di hatinya terdapat noda-noda dari kotoran
tersebut. Barangsiapa yang berusaha untuk mensucikan hatinya di dunia,
lalu menemui Allah subhanahu wa ta'ala ( mati ) dalam keadaan bersih
dari najis-najis hati, maka dia akan memasuki surga tanpa penghalang.
Adapun tentang orang yang belum membersihkan hatinya selama di dunia,
maka jika najis hati tersebut najis murni – seperti hatinya orang-orang
kafir –, maka dia tidak bisa masuk surga sama sekali. Dan jika najis
tersebut sekadar noda-noda yang mengotori hati, maka dia akan memasuki
surga tersebut setelah dia disucikan di dalam neraka dari najis-najis
tersebut.”
Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata : “ Dan
ketahuilah bahwasanya Allah subhanahu wa ta'ala apabila menghendaki
kebaikan pada seseorang, maka dia akan dibuat mengetahui aibnya.
Barangsiapa yang mempunyai mata hati yang tajam, maka tidak akan
tersembunyi baginya aib-aib dirinya, dan apabila dia telah mengenali
aib-aibnya, maka memungkinkan baginya untuk mengobatinya
penyakit-penyakit tersebut. Sayangnya, kebanyakan manusia tidak mengenal
aib-aib dirinya sendiri. Mereka bisa melihat kotoran yang ada di mata
saudaranya, tetapi tidak bisa melihat anak sapi yang ada di matanya
sendiri.”
Di tempat yang lain Imam Ibnu Qudamah
rahimahullah berkata : “ Barangsiapa yang mengenal hatinya, maka dia
akan mengenal Rabbnya. Sayangnya, kebanyakan manusia tidak mengenali
dirinya sendiri. Allah-lah yang menghalangi antara seseorang dengan
hatinya, dan penghalang tersebut berupa ketidakmampuan seseorang
mengenali hatinya dan terhalangnya dirinya dari mengawasi hatinya,
padahal mengenali hati dan sifat-sifatnya adalah merupakan
Penutup
Kita akhiri pembahasan ini dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam :
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا
"
Ya Allah, berikanlah ketakwaan kepada jiwaku dan bersihkanlah ia,
karena Engkaulah sebaik-baik zat yang bisa membersihkannya.” ( HR Imam
Muslim )
Amin .
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوب