Minggu, 22 April 2012

MENJAGA HATI

oleh Abu Asma Andre pada 24 Januari 2012 pukul 6:52 ·
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مّسْلِمُونَ 
 يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْراً وَنِسَآءً وَاتَّقُوْا اللَّهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْباً
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماًً
أما بعد: فإن أصدق الكلام كلام الله وخير الهدي هدي محمد  وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.


Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” ( QS Asy Syu’ara : 88-89 )

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : " Yaitu pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, artinya : harta seseorang tidak akan bisa menjaga diri orang tersebut dari azab Allah subhanahu wa ta'ala, walaupun dia menebusnya dengan emas seluas dan sepenuh bumi. Dan tidak pula anak-anak laki-laki, artinya : tidak pula bisa menghindarkan dirinya dari azab Allah subhanahu wa ta'ala, walaupun dia menebus dirinya dengan semua manusia yang bisa memberikan manfaat kepadanya. Yang bermanfaat pada hari kiamat hanyalah keimanan kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan memurnikan peribadatan hanya untuk-Nya, serta berlepas diri dari kesyirikan dan dari para pelakunya. Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta'ala kemudian berfirman : Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Yaitu, hati yang terhindar dari kesyirikan dan dari kotoran-kotoran hati.”

Imam Asy Syaukani rahimahullah berkata : “ Harta dan kerabat tidak bisa memberikan manfaat kepada seseorang pada hari kiamat. Yang bisa memberikan manfaat kepadanya hanyalah hati yang selamat. Dan hati yang selamat dan sehat adalah hati seorang mukmin yang sejati.”

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
وَإِنَّ مِنْ شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ (83) إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“ Ingatlah ketika dia ( Ibrahim ) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” ( QS Ash Shaffat : 84 )

Syaikh Abdurrahman As Sa‘di rahimahullah berkata di dalam tafsirnya : “ Yakni dia datang menghadap Allah subhanahu wa ta'ala dengan membawa hati yang selamat dari kesyirikan, syubhat-syubhat, dan syahwat-syahwat yang bisa menghalanginya dari mengetahui kebenaran dan mengamalkannya. Apabila hati seorang hamba telah selamat dari hal-hal di atas, maka hati tersebut akan terhindar dari segala keburukan-keburukan, dan sebaliknya hati tersebut akan memunculkan kebaikan-kebaikan. Dan di antara bentuk keselamatan hati adalah bahwa ia selamat dari perbuatan menipu daya manusia, serta selamat dari hasad dan dari berbagai bentuk akhlak yang tercela.”

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“ Dan orang-orang yang datang sesudah mereka ( Muhajirin dan Anshar ), mereka berdoa, ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. "( QS Al Hasyr : 10 )

Imam Asy Syaukani rahimahullah berkata tentang ayat di atas yang maknanya : " Bahwa yang dimaksud orang-orang yang datang setelah para sahabat adalah semua orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat. Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan mereka untuk memohon ampunan untuk diri mereka sendiri dan juga untuk para pendahulu mereka yang telah mendahului mereka dalam beriman. Allah subhanahu wa ta'ala juga memerintahkan mereka untuk berdoa kepada-Nya agar dihilangkan dari hati mereka perasaan ghill, yaitu rasa dendam, dongkol, dan dengki terhadap kaum mukminin – dan tentunya yang menduduki peringkat utama dalam golongan kaum mukminin adalah para sahabat karena merekalah generasi paling mulia dari umat ini. "

Syaikh Abdurrahman As Sa‘di rahimahullah berkata : “ Doa ini berlaku secara umum untuk semua kaum mukminin baik dari kalangan sahabat atau umat sebelum sahabat atau generasi-generasi setelah sahabat. Dan ini termasuk di antara keutamaan-keutamaan iman, yaitu bahwa kaum mukminin itu saling memberi manfaat satu sama lain, saling mendoakan satu sama lain. Semua itu karena adanya kebersamaan dalam keimanan yang berimplikasi adanya ikatan ukhuwwah antar mukmin, yang di antara cabangnya adalah saling mendoakan dan saling mencintai antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta'ala menyebutkan dalam doa tersebut permintaan dihilangkannya rasa ghill dari hati mereka, sedikit ataupun banyak. Apabila sifat ghill tersebut telah hilang dari hati, maka akan muncul sifat yang menjadi lawan dari sifat tersebut, yaitu rasa cinta antara sesama mukmin, saling menolong dan menasehati, serta sifat-sifat terpuji lainnya yang termasuk hak-hak orang mukmin yang harus ditunaikan.”

Hadits - Hadits Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam..

Hadits 1
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لَا إِثْمَ فِيهِ وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا حَسَدَ
Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiallahu 'anhu beliau berkata : “ Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya : " Siapakah orang yang paling utama ? " Beliau shallalahu 'alaihi wa sallam menjawab : " Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya. "

Para sahabat berkata : " Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya ? " Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam menjawab : " Dia adalah orang yang bertakwa ( takut ) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya serta tidak ada pula dendam dan hasad. " ( HR Imam Ibnu Majah no 4216 )

Hadits 2
عَنْ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Dari An Nu‘man bin Basyir radhiallahu 'anhu , dia berkata : “ Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda : "… Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal darah. Apabila dia baik, maka menjadi baik pula semua anggota tubuhnya. Dan apabila rusak, maka menjadi rusak pula semua anggota tubuhnya. Ketahuilah dia ( segumpal darah ) itu adalah hati. " ( Muttafaq ‘Alaihi )

Hadits 3

Dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu beliau berkata : “ Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam . Tiba-tiba beliau shallalahu 'alaihi wa sallam berkata : " Akan lewat di hadapan kalian saat ini seorang calon penghuni surga." Lalu lewatlah seorang pemuda Anshar dalam keadaan dari jenggotnya menetes sisa-sisa air wudhu dan tangan kirinya menenteng sandal. Pada keesokan harinya, Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda lagi persis sebagaimana sabdanya kemarin, lalu lewatlah pemuda tersebut dengan keadaan persis dengan keadaannya yang kemarin. Dan pada hari yang ketiga Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam mengulang lagi sabdanya seperti sabdanya yang pertama dan pemuda itu pun muncul lagi dengan keadaan seperti keadaannya yang pertama.

Maka, ketika Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam beranjak pergi, Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiallahu 'anhu segera mengikuti pemuda tersebut ( ke rumahnya ), lalu berkata kepadanya : " Sesungguhnya antara aku dan bapakku telah terjadi perselisihan, maka aku bersumpah tidak akan masuk ke rumahnya selama 3 hari. Jika engkau tidak keberatan, aku ingin menumpang padamu selama 3 hari tersebut. " Pemuda tersebut berkata : " Ya, tidak apa-apa. "

Selanjutnya Anas radhiallahu 'anhu berkata : “ Maka Abdullah radhiallahu 'anhu menceritakan bahwa selama 3 hari bersama pemuda tersebut, dia tidak melihatnya melakukan qiyamul lail ( shalat malam ) sedikitpun. Yang dia lakukan hanyalah bertakbir dan berzikir setiap kali dia terjaga dan menggeliat di atas tempat tidurnya sampai dia bangun untuk shalat shubuh. Selain itu, Abdullah radhiallahu 'anhu berkata : " Hanya saja, aku tidak pernah mendengarnya berbicara kecuali yang baik-baik."

Setelah 3 hari berlalu dan hampir saja aku meremehkan amalannya, aku berkata kepadanya : " Wahai hamba Allah, sebenarnya tidak pernah ada pertengkaran antara aku dengan bapakku, dan tidak pula aku menjauhinya. Sebenarnya, aku hanya mendengar Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam berkata tentang engkau tiga kali : " Akan muncul di hadapan kalian saat ini seorang laki-laki calon penghuni surga." Dan ternyata engkaulah yang muncul sebanyak 3 kali itu. Karena itu, aku jadi ingin tinggal bersamamu agar aku bisa melihat apa yang engkau lakukan untuk kemudian aku tiru. Akan tetapi, aku tidak melihat engkau melakukan amalan yang besar. Lantas, amalan apa sebenarnya yang bisa menyampaikan engkau kepada kedudukan sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam ? "

Orang tersebut berkata : " Aku tidak melakukan kecuali apa yang kamu lihat. " Maka ketika aku telah berpaling ( pergi ), dia memanggilku dan berkata : " Sebenarnyalah aku memang tidak melakukan apa-apa selain yang engkau lihat. Hanya saja, selama ini aku tidak pernah merasa dongkol dan dendam kepada seorang pun dari kaum muslimin, serta tidak pernah menyimpan rasa hasad terhadap seorang pun terhadap kebaikan yang telah Allah subhanahu wa ta'ala berikan kepadanya." Maka Abdullah radhiallahu 'anhu berkata : " Inilah amalan yang membuatmu sampai pada derajat tinggi, dan inilah yang tidak mampu kami lakukan. " ( HR Imam Ahmad )

Perkataan Para Salaf

Abu Dujanah radhiallahu 'anhu berkata : “ Tidak ada sebuah amalan yang paling aku yakini bisa memberi manfaat bagiku di akhirat selain dua perkara. Yang pertama, aku tidak pernah berbuat sesuatu yang tidak bermanfaat bagiku. Dan yang kedua, selamatnya hatiku terhadap kaum muslimin.” ( Siyar A ‘lam An Nubala’ 1/243, Imam Adz Dzahabi rahimahullah ).

Sufyan bin Dinar rahimahullah berkata : “Aku berkata kepada Abu Bisyr – dan dia termasuk di antara murid-murid Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhu – : " Beri tahu kepadaku amalan-amalan orang-orang sebelum kita. " Abu Bisyr berkata : " Mereka sedikit beramal tetapi mendapatkan pahala yang banyak." Aku berkata : " Mengapa bisa demikian ? " Abu Bisyr berkata : " Karena selamatnya ( bersihnya ) hati mereka. " ( Az Zuhud 2/600)

Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata : " Tidak akan bisa mengejar kami orang yang mengejar dengan memperbanyak puasa dan shalat, akan tetapi kami hanya bisa dikejar dengan bermurah hati dan selamatnya hati dan memberi nasehat kepada umat.” ( Jami‘ul ‘Ulum Wa Al Hikam 1/225, Imam Ibnu Rajab rahimahullah )

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : “ Jadi, hati adalah ibarat raja bagi anggota tubuh. Anggota tubuh akan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh hati dan akan menerima semua arahan - arahan hati. Anggota tubuh tidaklah akan melaksanakan sesuatu kecuali yang berasal dari tujuan dan keinginan hati. Jadi, hati tersebut merupakan penanggung jawab mutlak terhadap anggota tubuh karena seorang pemimpin akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Jika demikian adanya, maka upaya memberi perhatian yang besar terhadap hal-hal yang menyehatkan hati dan meluruskannya merupakan upaya yang terpenting, dan memperhatikan penyakit-penyakit hati serta berusaha untuk mengobatinya merupakan ibadah yang paling besar.” ( Ighatsah Al Lahfan halaman 5, Imam Ibnu Qayyim rahimahullah )

Di tempat yang lain Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata : “ Jenis hati yang ketiga adalah hati yang sakit, yaitu hati yang hidup namun berpenyakit. Dengan begitu, di dalam hati tersebut terdapat dua unsur, di mana unsur yang pertama terkadang mengalahkan yang kedua dan begitu pula sebaliknya. Sedangkan hati sendiri akan mengikuti yang menang di antara keduanya.

Di dalam hati tersebut terdapat perasaan cinta dan iman kepada Allah subhanahu wa ta'ala, ikhlas dan bertawakkal hanya kepada-Nya. Semua itu merupakan unsur kehidupan hati. Namun, di dalam hati tersebut juga terdapat perasaan cinta kepada syahwat, lebih mementingkan syahwat dan berupaya untuk memperturutkannya, dan terdapat pula rasa hasad, sombong, ujub, dan ambisi untuk menjadi orang yang paling unggul, serta bertindak semena-mena di muka bumi dengan kekuasaan yang dimiliki. Semua itu merupakan unsur yang akan membuat diri hancur dan binasa.”

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah juga berkata : “ Karena itu, surga tidak bisa dimasuki oleh orang-orang yang berhati kotor, dan tidak pula bisa dimasuki oleh orang yang di hatinya terdapat noda-noda dari kotoran tersebut. Barangsiapa yang berusaha untuk mensucikan hatinya di dunia, lalu menemui Allah subhanahu wa ta'ala ( mati ) dalam keadaan bersih dari najis-najis hati, maka dia akan memasuki surga tanpa penghalang. Adapun tentang orang yang belum membersihkan hatinya selama di dunia, maka jika najis hati tersebut najis murni – seperti hatinya orang-orang kafir –, maka dia tidak bisa masuk surga sama sekali. Dan jika najis tersebut sekadar noda-noda yang mengotori hati, maka dia akan memasuki surga tersebut setelah dia disucikan di dalam neraka dari najis-najis tersebut.”

Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata : “ Dan ketahuilah bahwasanya Allah subhanahu wa ta'ala apabila menghendaki kebaikan pada seseorang, maka dia akan dibuat mengetahui aibnya. Barangsiapa yang mempunyai mata hati yang tajam, maka tidak akan tersembunyi baginya aib-aib dirinya, dan apabila dia telah mengenali aib-aibnya, maka memungkinkan baginya untuk mengobatinya penyakit-penyakit tersebut. Sayangnya, kebanyakan manusia tidak mengenal aib-aib dirinya sendiri. Mereka bisa melihat kotoran yang ada di mata saudaranya, tetapi tidak bisa melihat anak sapi yang ada di matanya sendiri.”

Di tempat yang lain Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata : “ Barangsiapa yang mengenal hatinya, maka dia akan mengenal Rabbnya. Sayangnya, kebanyakan manusia tidak mengenali dirinya sendiri. Allah-lah yang menghalangi antara seseorang dengan hatinya, dan penghalang tersebut berupa ketidakmampuan seseorang mengenali hatinya dan terhalangnya dirinya dari mengawasi hatinya, padahal mengenali hati dan sifat-sifatnya adalah merupakan

Penutup

Kita akhiri pembahasan ini dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam :
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا
" Ya Allah, berikanlah ketakwaan kepada jiwaku dan bersihkanlah ia, karena Engkaulah sebaik-baik zat yang bisa membersihkannya.” ( HR Imam Muslim )

Amin .
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar